Perlahan-lahan Juan
“If I can change one life, then I’ve done my job”
Di umurnya yang ke-23, Juan hanya bisa termenung terdiam di
malam NBA Draft. Hingga nama terakhir disebutkan dalam malam sakral tahunan
liga basket Amerika itu, namanya tak dipanggil. Ia berakhir menjadi undrafted.
Tak patah arang, pemain keturunan Meksiko–Amerika itu terbang
menuju Meksiko untuk membela Soles de Mexicali. Semusim di sana, forwarda
kelahiran 10 April itu mencatatkan rekor 11,1 poin per gim. Semusim di Meksiko,
ia lekas pergi menjelajah Venezuela bersama tim Bucaneros. Di sana, rekornya
membaik meski hanya dimainkan 4 kali karena segera mendapat panggilan dari tim
liga Meksiko lainnya, Fuerza di Regia.
Jika di 2015 ia harus menangis sedih karena tak terpilih
bergabung tim manapun, maka dua tahun setelahnya, Juan bisa menangis bahagia
setelah menggondol trofi LNBP pada tahun kedatangannya di Fuerza Regia. Tidak
hanya sekali, ia juga berhasil merebut piala itu pada 2019. Tidak lupa, namanya
juga tercatat sebagai peraih gelar MVP LNBP di 2018.
Setelah meraih kejayaan di liga basket Meksiko, JTA yang
sudah berumur 26 tahun mencoba untuk mengejar mimpinya ke NBA. Berawal dari Uji
coba yang diadakan di kawasan Oakland, lulusan Marquette itu pun berhasil
bergabung dalam roster kamp latihan Santa Cruz Warriors.
Juan Toscano-Anderson is the quintessential utility man for the Warriors (by @JoeVirayNBA) https://t.co/vnf074zF2N pic.twitter.com/dXBmTeEI6C
— Golden State of Mind (@unstoppablebaby) September 13, 2021
Pada 1 November 2018, Juan akhirnya resmi kembali membela tim kampung halamannya di Oakland, Santa Cruz Warriors pada sebuah malam pembukaan NBA G League. Meski tak bermain di pertandingan pembuka, pemain kelahiran 1993 itu pun membuktikan dirinya dengan catatan 6.8 rebound per gim dari total 44 pertandingan yang ia jalani.
Pada musim selanjutnya, pemain setinggi 1,98 sentimeter itu perbaiki performanya. Diberi kesempatan 12 kali starter dari total 31 laga yang dilakoninya, Juan sukses membuat catatan 12,5 poin per gim dan 9,1 rebound per gim.
Tidak berhenti sampai di situ, mimpi Juan untuk masuk NBA terwujud pada 6 Februari 2020 setelah ia mendapat kontrak dari Golden State Warriors. 17 hari setelah dikontrak, ia lekas mencatat poin tertingginya, 16 poin kala bersua dengan New Orleans Pelicans. Meski sempat alami perubahan kontrak, lewat kerja keras tak kenal lelah, Juan akhirnya diganjar kontrak tetap selama 2 tahun. Kini, ia tengah mengejar mimpi-mimpi yang ia damba semenjak ia mengikuti NBA Draft, menjadi juara NBA.
Kehadirannya di bangku cadangan Warriors memberikan proteksi kala Steve Kerr membutuhkan pertahanan solid. Kehadiran Gary Payton II setelah mendapat kontrak tetap sempat dikhawatirkan fans akan menggeser posisi dari Juan. Nyatanya, persaingan itulah yang membuat pertahanan Warriors makin kuat dan menjadi tim dengan pertahanan terbaik sejauh musim 2021 – 2022 ini berjalan.
https://t.co/ChAFKGxq06 pic.twitter.com/eWQDEG5XwE
— JSquared (@_JordanJimenez) December 4, 2021
Seperti penampilan solidnya kala di lapangan, Juan juga tegas dalam memperjuangkan kelompok Afrika-Amerika dan Latin-Amerika. Tumbuh besar di kawasan timur Oakland membuatnya berhadapan dengan rasisme dan diskriminasi. Ia mendirikan yayasan JTA dan berharap dapat membantu pendidikan anak-anak di daerahnya lewat program beasiswa. Tidak berhenti sampai di situ, ia pun mendorong warga keturunan imigran di Oakland untuk mengikuti pemilihan umum presiden. Semua kerja kerasnya tersebut akhirnya membuatnya namanya masuk dalam finalis untuk penghargaan Kareem Abdul-Jabbar Social Justice Champion.
Perlahan-lahan, Juan yang juga memegang gelar sarjana
peradilan pidana itu pun berjuang mewujudkan mimpinya dan mimpi banyak
anak-anak di Amerika.
Tidak ada komentar